1.
Kata apa saja yang menggambarkan
anda saat ini ?
Kesel,
sebal, sedih.
2.
Bagaimana perasaan anda selama satu
minggu ini?
Sedih,
galau, senang.
3.
Dari gambar ini apa yang terjadi?
Anak-anak
sedang pulang sekolah.
Dan
apa yang akan terjadi?
Sekolah
menjadi sepi karena anak-anak sudah pulang sekolah.
4.
Andaikata manusia tidak mengenal
pakaian apa yang akan terjadi?
Daun
menjadi pengganti pakaian, manusia akan telanjang dan meanggap hal itu sudah
biasa.
5.
Bagaimana memperbaiki nilai kuliah
yang jelek?
Belajar
lebih giat lagi, belajar dengan teman atau yang ahlinya, dan bergaul dengan
teman-teman yang baik.
6.
Buatlah pertanyaan tentang prestasi
belajar?
Bagaimana
juka manusia tidak mengenal belajar?
Apa
yang akan terjadi jika manusia tidak memiliki prestasi?
A.
Pengertian Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi
yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa.Kata prestasi belajar terdiri dari
dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang di maksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) (Gepdikbud, 2002:895).
Adapun
belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Dalam rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi
mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari
mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk mencapai suatu
tujuan (Sukardi, 1983:17)[1][1]. Selanjutnya,
definisi belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di dalam bukunya Educational
Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa:
belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si
pelajar mempergunakan pancainderanya (Suryabrata, 2002:231).[2][2]
Evaluasi terhadap penilaian hasil dan proses belajar
bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2005:22) dalam bukunya berpendapat
bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.”Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan
“belajar”.Menurut Kamus Ilmiah Populer (2002:594) prestasi merupakan hasil yang
telah dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan
pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan
yang diinginkan
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) prestasi adalah hasil yang telah
dicapai atau dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya. Belajar adalah proses penting
bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan
dan dikerjakan Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusi
(Catharina, 2004: 4). Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas daripada itu yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2001: 36).
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di
atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibatdari pengalaman atau
latihan Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: ‘penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru..39 Prestasi belajar dapat bersifat
tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.Prestasi belajar
dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang
sedang menuntut ilmu di sekolah.
B.
Kegunaan dan Fungsi Prestasi Belajar
Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah
dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran.Evaluasi
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan
mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar Hamalik
(2001:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil belajar merupakan
Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan
derajat perubahan tingkah laku.
Tujuan
diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi
harus dilakukan secara terus-menerus baik itu pada awal, pada saat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan
belajar mengajar.Evaluasi pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur
hasil belajar peserta didik, terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Zainal Arifin
(1991:2) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:
· Prestasi belajar sebagai indikator
kualitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
· Prestasi belajar sebagai lambang
pemuasan hasrat ingin tahu
· Prestasi belajar sebagai bahan informasi
dalam inovasi pendidikan
· Prestasi belajar sebagai indikator
intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan
· Prestasi belajar dapat dijadikan
indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
Berdasarkan
pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui
prestasi belajar siswa, baik individual maupun kelompok karena prestasi belajar
tidak hanya sebagai indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang
bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah
akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak.
C.
Evaluasi Prestasi Belajar
Prestasi
belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.prestasi belajar dapat
dinilai dengan :
1. Penilaian formatif. Penilaian
formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback),
yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaik
proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
2. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif
adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai
dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang
telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.[3][3]
D.
Jenis-Jenis Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil
cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta
dan rasa maupun karsa.Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya
prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur
(Muhibbin Syah, 1999:150).
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa
diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.Ketiga ranah tersebut adalah ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar,
maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa
dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam
penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur
melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk
lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam
teori Bloom berikut :
1.
Cognitive Domain (Ranah
Kognitif)
Cognitive
Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir Bloom membagi domain kognisi
ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah
berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
· Pengetahuan (Knowledge).
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya
Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah
dipelajaridan disimpan dalam ingatan[4][4].
· Pemahaman (Comprehension).Pemahaman
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan
yang dipelajari (Winkel, 1996:247). Pemahaman juga dikenali dari kemampuan
untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan
dan sebagainya.
· Aplikasi (Application).
Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru
(Winkel, 1996:247). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam
kondisi kerja.
· Analisis (Analysis). Analisis
didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik. Di tingkat analisis seseorang akan mampu menganalisa informasi
yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang
lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah scenario yang rumit.
· Sintesis (Synthesis).
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola
baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan
mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah scenario yang sebelumnya tidak
terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
· Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang
berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas
atau manfaatnya..
2.
Affective Domain (Ranah
Afektif)
Affective
Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan
ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap
atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah efektif terdiri dari aspek :
· Penerimaan (Receiving/Attending).
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang
diberikan oleg guru.
· Tanggapan (Responding).
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
· Penghargaan (Valuing).
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaianitu.mulai dibentuk
suatu sikap menerima.
· menolak atau mengabaikan, sikap itu
dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.
· Pengorganisasian (Organization).
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala
nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu
penting.
· Karakterisasi Berdasarkan
Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki
sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya-hidupnya[5][5].
Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi
pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
3.
Psychomotor Domain (Ranah
Psikomotor)
Berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.Alisuf Sabri dalam buku
Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut .motorik.karena
keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga
keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki
keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan
tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara
terpadu.
Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya
kemampuan otomatisme, yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara
teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran
tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan
pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab,
keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan
melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut
diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan (Sabri, 1996:99-100).
E.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar
1.
Faktor Internal (faktor dari dalam
siswa)
yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa,meliputi
dua aspek yaitu :
· Aspek Fisiologis. Kondisi umum
jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.
· Aspek Psikologis. Banyak faktor yang
termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits
perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa
yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kecerdasan atau intelegensi
siswa. Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan
juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa
peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada
peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan .menara pengontrol.
hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa mak
semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.
b. Sikap siswa. Sikap adalah gejala
internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek, orang, barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negatif (Syah,
1999:135). Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi belajar.
Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap poitif
(menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru
yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi
kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996:84).
c. Bakat Siswa. Secara umum, bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan
intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior)
atau cerdas luar bisa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni
anak berbakat intelektual.
d. Minat siswa. Secara sederhana minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Muhibbin Syah, 1999:136).
2. Factor Eksternal (factor dari luar
diri siswa)
Terdiri
dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:
· Faktor-faktor Lingkungan. Faktor
lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian :
yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor
lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah
seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat
letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud
manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa.
· Faktor-faktor Instrumental. Faktor
instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas.
· sarana/alat pengajaran, media
pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Sabri,
1996:59-60. Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan
pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan ditunjukan.
Faktor-faktor
di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap
ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan
tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang
tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau
gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di
atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional
diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinankemungkinan munculnya siswa yang
menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi
faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar siswa.
3.
Faktor pendekatan belajar
Selain faktor internal dan faktor
eksternal, faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs (1991) dalam Muhibbin Syah
(2008:139) memaparkan bahwa pendekatan belajar dikelompokkan jadi 3 yaitu
pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh
faktor luar), pendekatan deep (mendalam dan datang dari dalam diri
individu), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi
tinggi/ambisi
pribadi).
menurut
Djaali, H. dalam sebuah bukunya berjudul Psikologi Pendidikan pada tahun 2007,
yaitu:
1.
Factor dalam Diri Siswa
a. Kesehatan
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
b. Intelegensi
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardnerdalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardnerdalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.
c.
Minat dan motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan
d. Cara belajar
Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.
Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.
2.
Faktor dari Lingkungan
a. Keluarga
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
b. Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.
c. Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.
d. Lingkungan
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.
F. Indikator Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2008:150) “Pengungkapan hasil belajar
meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku
seluruh ranah, khususnya ranah afektif sangat sulit.Hal ini disebabkan
perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat
diraba).
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar
siswa adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang
hendak diungkapkan atau diukur. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukan
jenis, indikator dan cara evaluasi belajar:[6][6]
Tabel
1 : Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/Jenis
Prestasi
|
Indikator
|
Cara
Evaluasi
|
A.
Ranah Kognitif
|
||
1.
Pengamatan
|
1.
dapat menunjukkan
2.
dapat membandingkan
3.
dapat menghubungkan
|
1.
tes lisan
2.
tes tertulis
3.
observasi
|
2.
Ingatan
|
1.
dapat menyebutkan
2.
dapat menunjukan
Kembali
|
1.
tes lisan
2.
tes tertulis
3.
observasi
|
3.
Pemahaman
|
1.
dapat menjelaskan
2.
dapat mendefinisikan
dengan
lisan sendiri
|
1.
tes lisan
2.
tes tertulis
|
3.
Pemahaman
4.
Penerapan
5.Analisis (pemeriksaan
dan pemilahan secara teliti)
6.
Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)
|
1.
dapat menjelaskan
2.
dapat mendefinisikan
dengan
lisan sendiri
dapat memberikan
contoh
2.
dapat menggunakan
secara
tepat
1.
dapat menguraikan
2.
dapat
Mengklasifikasikan
1.
dapat menghubungkan
2.
dapat menyimpulkan
3.dapat
menggeneralisasi
|
1.
tes lisan
2.
tes tertulis
1.
tes tertulis
2.
pemberian
tugas
3.
observasi
1.
tes tertulis
2.
pemberian tugas
1.
tes tertulis
2.
pemberian tugas
|
B.
Ranah Rasa/Afektif
|
||
1.
Penerimaan
|
1.
menunjukan sikap
menerima
2.
menujukan sikap
menolak
|
1.
tes tertulis
2.
tes skala sikap
3.
observasi
|
2.
Sambutan
|
1.
kesediaan
berpartisipasi/terlibat
2.kesediaan
memanfaatkan
|
1.
tes tertulis
2.
tes skala sikap
3.
observasi
|
3.
Apresiasi (sikap
menghargai)
4.
Internalisasi
(pendalaman)
5.Karakteristik
(penghayatan)
|
1.menganggap
penting dan bermanfaat
2.
menganggap indah dan
harmonis
3.
mengagumi
1.mengakui
dan meyakini
2.
mengingkari
1.
melembagakan atau
meniadakan
2.
menjelmakan dalam
pribadi
dan perilaku
sehari-hari
|
1.
tes skala
penilaian/sikap
2.
pemberian tugas
3.
observasi
1.
tes skala sikap
2.
pemberian tugas
ekspresif
(yang menyatakan sikap) dan proyektif (yang
menyatakan
perkiraan ramalan)
3.
observasi
1.
pemberian tugas
ekspresif
dan proyektif
2.
observasi
|
Ranah/Jenis
Prestasi
|
Indikator
|
Cara
Evaluasi
|
C.
Ranah Karsa/Psikomotor
|
||
1.
Keterampilan
bergerak
dan
bertindak
|
1.
mengkoordinasikan
gerak
mata, tangan, kaki
dan
anggota tubuh
lainnya
|
1.
observasi
2.
tes tindakan
|
2.
Kecakapan ekspresi
verbal
dan nonverbal
|
1.
mengucapkan
2.
membuat mimik dan
gerakan
jasmani
|
1.
tes lisan
2.
observasi
3.
tes tindakan[7][7]
|